RSS

Terjemah Minhajul Abidin bagian 1

04 Nov

Bismillah pada  ini saya insya Allah coba untuk menuliskan dari terjemahan kitab Minhajul Abidin Yang dikarang oleh K H Abdulah Bin Nuh. dan saya coba untuk menuliskan semirif mungkin dengan terjemahannnya.

AQOBAH I

TANJAKAN ILMU DAN MA’RIFAT

Aku mulai berkata dengan taufiq dari Allah S.W.T. : Wahai Orang-orang, yang ingin lepas dari bahaya dan ingin beribadah yang murni terhadap Tuhan,semoga Allah memberi taufiq kepadamu, tetapi sebelum- nya harus memiliki ilmu dahulu.

Sebab ibadah itu percuma kalau tanpa ilmu, sebab ilmu itu adalah poros­nya, segala sesuatu berputar disekitarnya.

Ketahuilah ! bahwa ilmu dan ibadah itu adalah dua permata. Untuk ilmu dan ibadah itulah maka terjadi semua apa-apa yang engkau lihat dan dengar itu, hanya untuk ilmu dan ibadah.

Apa yang engkau lihat dan dengar itu, yaitu kitab-kitab yang dikarang oleh ulama-ulama, ajaran dari guru-guru, nasihat dari penasehat-penasehat, pikiran dari para pemikir, itu semuanya demi untuk ilmu dan ibadah.

Dan karena untuk ilmu dan ibadah juga maka kitab-kitab suci itu diturunkan oleh Allah S.W.T., dan semua Rasul-rasul diutus hanya untuk ilmu dan bahkan lebih dari itu langit dan bumi diciptakan Tuhan hanya untuk ilmu dan ibadah, dan begitu pula semua apa yang ada di langit dan di bumi, semua mahluk yang hidup dan yang tidak hidup.

Sekarang renungkanlah dua ayat dalam kitab suci Allah S.W.T. (Al-Qur’an).

Yang satu  diantara dua ayat itu adalah:

“Allah yang menciptakan tujuh langit dan tujuh bumi, seperti langit, turun berkali-kali perintah Allah antara langit dan bumi, supaya engkau memperoleh ilmu, supaya kamu sekalian mempunyai ilmu, bahwa Allah itu kuasa atas segala sesuatu dan bahwa Allah sudah berilmu, sudah mengetahui segala sesuatu yang meliputi ilmu itu untuk segala sesuatu”.

Dengan tafakur tentang langit dan bumi, kita berharap akan memperoleh ilmu itu nanti.

Dengan satu ayat ini sebagai dalil, sudah cukup untuk diketahui bahwa ilmu itu memang mulia.

Terutama ilmu Tauhid, sebab mengenai Allah S.W.T. dan asma-Nya dan sifat-Nya dll.-Nya.

Ayat yang kedua yang harus kita renungkan itu ialah Firman Allah S.W.T.:

“Aku menciptakan jin dan manusia tak lain hanya untuk beribadah kepada-Ku”.

jadi ini menunjukkan kemuliaannya ibadah. Cukup dengan ayat yang ini sebagai petunjuk bahwa ibadah itu mulia, dan bahwa kita harus dengan dawam beribadah. Besar nian dua hal yang dimaksud dari penciptaan dunia dan akhirat, yaitu ilmu dan ibadah. Jadi wajib bagi tiap-tiap hamba untuk memperhatikan ilmu dan ibadah saja, yang lainnya batil (Dalam ilmu dan ibadah sudah masuk semua apa-apa yang membuat maju dunia dan akhirat).

Pembangunan, melaksanakan kemakmuran, kalau karena Allah, termasuk ibadah. Jadi cukup dengan perkataan ilmu dan ibadah telah mencakup semua kebahagiaan dunia dan akhirat, yang sehat, bukan kemajuan yang jahat, tapi kemajuan yang sehat. Cukup dengan ilmu dan ibadah, jangan kita mengerjakan yang lain, melainkan hanya ilmu dan ibadah.

Walaupun untuk membuat jalan, membuat kebun dan apa saja, masuk dalam ibadah kalau diniatkan supaya dunia ini menjadi ladang (sawah) bagi akhirat. Dengan demikian setiap orang itu jangan mengerjakan sesuatu melainkan ilmu dan. ibadah saja.

jangan kita mempergunakan otak kita melainkan untuk ilmu dar ibadah, dipusatkan sekarang ini perhatian kita kepada ilmu dan ibadah, kalau sudah terpusat, maka jadi kuat, dan kalau sudah kuat jadi berhasil.

Jangan banyak berfikir, satu saja sudah. ilmu dan ibadah, satukan saja, disitu ada konsentrasi disitu ada sukses.

Yang selain ilmu dan ibadah, batil, sesat, yang selain daripada ilmu dan ibadah, akan menghancurkan dunia.

Insya-Allah dunia ini akan hancur kalau tidak kembali kepada ilmu dan ibadah.

Tidak ada yang baik selain daripada ILMU dan IBADAH.

jika engkau telah mengetahui yang demikian itu, yakinlah bahwa ilmu adalah yang termulia dan utama diantara dua permata itu. Oleh karenanya Nabi S.A.W. bersabda :

“Kelebihan orang yang berilmu atas orang yang ibadah seperti kelebihanku atas orang yang terendah dari umatku. (Ini hadits hasan, sanadnya, dan diperkuat oleh yang lainnya, diriwayatkan oleh Al-Haris bin Abi Uzamah dari Abi Said Al-Hudri dan  dikutatkan oleh riwayat dari Turmudzi dari Abi Umainah).

dan bersabda Rosulullah S.A.W

“Sekali melihat kepada wajah orang yang berilmu, lebih suka bagiku dari pada ibadah satu tahun penuh puasa siangnya,penuh salat malam harinya (ini Fadilahnya ilmu, tapi hanya bagi orang yang berilmu yang ilmunya diamalkan).

Rosulullah bersabda pula

“Inginkah kamu sekalian tahu, siapa yang paling mulia diantara penghuni Surga ?’*.

jawab para sahabat : “Bahkan, kami ingin tahu ya Rosulullah”.

Sabda,Rosulullah S.A.W. : ” ialah Ulama-ulama , ahli ilmu dan umatku “

Sekarang  jelaslah bahwa ilmu itu permata, yang lebih mulia daripada ibadah, tapi ibadahpun tidak boleh tiada, harus dikerjakan dengan disertai ilmu. Jika demikian, ilmunya itu akan menjadi debu yang berhamburan ditiup angin, sebab ilmu ibarat pohon dan ibadah ibarat buah, yang menja­dikan pohon lebih mulia, karena pohon itu pokok, tapi manfaatnya ialah buahnya. Oleh karenanya maka tak dapat tiada bagi, manusia itu harus mempunyai keduanya, yakni ilmu dan ibadah.

Karena itu berkata Imam Al-Hasanul Basri

“Tuntutlah ilmu, tapi tidak melupakan ibadah, dan kerjakanlah ibadah, tapi tidak boleh lupa pada ilmu”.

oleh karena itu sudah jelas bahwa manusia itu harus memiliki kedua- duanya (ilmu dan ibadah), dan yang utama harus didahulukan ialah i1mu, sebab ia pokok dan petunjuk.

Bagaimana akan dapat beribadah jika tidak mengetahui cara-caranya.

Dan karena itu bersabda Rasulullah S.A.W. :

” Ilmu  itu imamnya amal., sedangkan amal makmumnya”.

Sebab-sebab yang menjadikan ilmu itu pokok dan harus didahulukan dari ibadah, didasarkan pada dua, perkara. Pertama, agar ibadah itu berhasil dan sehat, maka wajib bagimu mengenal dahulu siapa yang harus disembah. setelah itu baru engkau menyembah kepada-Nya. Bagaimana jadinya, apabila engkau :-menyembah yang engkau belum kenal dengan

asma-Nya dan sifat-sifat zat-Nya, dan yang wajib bagi-Nya dan yang musta­hil dalam sifat-Nya, sebab terkadang engkau meng-iktikadkan sesuatu yang tidak layak bagi-Nya dan sifat-Nya. jika demikian, maka ibadahmu itu berhamburan seolah-olah sebagai debu ditiup angin.

Ada hikayat dua orang, yang seorang berilmu tapi tidak beribadah, dan yang seorang lagi beribadah tapi tidak berilmu.

Maka mereka dicoba oleh seseorang, sampai dimana jahatnya orang yang berilmu tapi tidak beribadah, dan jahatnya orang yang beribadah tanpa ilmu. Dia mendatangi keduanya dengan memakai pakaian yang hebat.

Kepada orang yang beribadah, ia berkata begini “Hai ! hamba-Ku aku sudah ampuni dosamu seluruhnya, sekarang kau tidak usah ibadah lagi”, maka jawab orang yang ibadah itu :

“Oh, itulah yang kuharapkan daripadamu ya Tuhanku”. Dikiranya orang itu Tuhannya, sebab ia tidak mengetahui sifat-sifat Tuhan.

Kemudian dia datang kepada orang yang berilmu yang sedang minum arak, dan berkata :

“Hai, kamu akan diampuni dosamu, ya

Maka ia menjawab : “Kurang ajar kau (lalu dicabutnya pedang) engkau kira aku tidak tahu Tuhan ? !”

Demikianlah bahwa orang yang berilmu itu tidak mudah tertipu syaitan, tapi sebaliknya orang yang tidak berilmu, mudah saja tertipu oleh syaitan).

Sudah jelas dan sudah pasti bahwa hamba Allah perlu memiliki ilmu dan melakukan ibadah, ilmu lebih utama didahulukan, artinya harus mengaii ilmunya dulu (ilmu ibadah). Sebab, ilmu itu pokok dan petunjuk jalan, oleh karenanya Rasulullah bersabda :

“Ilmu itu adalah pemimpin amal, sedangkan amal adalah yang dipimpin.

Kelanjutan Hadits ini, adalah sbb

“Diberikan ilmu itu olch Allah kepada orang-orang yang bahagia dan tidak diberikan kepada orang-orang yang celaka”.

(Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nuaim dalam kitab Al-Hilyah dan oleh Abu Thalib Al-Makki dalam kitabnya Qutul-qulub dan juga oleh AI-Chotib serta Ibnu Qoyyim, diriwayatkan sebagai Hadits yang mauquf, jadi hadits ini banyak jalannya).

Karenanya, ilmu yang menjadi pokok yang diikuti dan harus didahulu­kan sebelum ibadah; diharuskan karena berdasarkan dua sebab

Pertama : agar ibadahmu berhasil dan sehat. Tanpa ilmu, ibadahmu akan banyak hama-hamanya yang akan merusaknya.

Sebab, mula-mula engkau harus mengenal dahulu siapa yang disembah yaitu akan sifat-sifat dlan nama-namaNya, kemudian sesudah kenal baru menyernbah-Nya.

Tanpa mengetahui ini, dapat menyebabkan suul chotimah, karena salah memngitikadkan sifat-sifat Allah dan hal ini dapat menyebabkan ibadah­mu akan sia-sia belaka.

Dan kami sudah menerangkan bahaya yang tersernbunyi disini, bahaya-bahaya besar, yaitu dalam rangka menerangkan apa artinya suul-khotimh dari kitab Al-Khouf. yang terdapat dalam jumlah kitab-kitab yang dinamai lhya Ulumuddin.

Sekarang mari kita kupas kitab Ihya-Ulumuddin, supaya kita mengetahui

apa yang ditakutkan dengan suul-chotimah.

Kita ambil singkat saja

Sebagian besar orang yang saleh-saleh sangat takut akan suul-chotimah.kaka ketahuilah sekarang, semoga Allah memberi engkau hidayat bahwa suul-chotimah itu ada dua tingkatan; masing-masing besar bahayanya. Tapi ada yang, lebih besar bahayanya diantara yang dua itu, yaitu hati kita diwaktu sakaratul-maut atau diwaktu payah menderita sakit dekat kepada sakaratulmaut dan sudah dlohir huru-haranya, datang di hati ke raagu-raguan, atau ketidak percayaan sama sekali terhadap Tuhan. Maka nyawanya dicabut dalam keadaan tidak beriman, tidak percaya kepada Allah S.W.T. atau dikuasal oleh keragu-raguan, naudzubillah.

Jadi yang menguasainya ialah keruwetan kufur yang menjadi tabir penghalang hatinya antara dia dengan Allah S.W.T. selama-lamanya.

Yana demikian itu akan menyebabkan dia terjatuh dari Allah selama- lamanya,dan adzab yang kekal yang terus-menerus tidak bisa terpisah, kekufuran, adzab ekufuran, jauh dari Allah S.W.T.

Tingkat yang kedua : yaitu hatinya dikuasai oleh kecintaan terhadap soal-soal dunia yang tidak ada, hubungannya dengan akhirat atau satu keinginan dari soal-soal duniawi yang selalu terbayang di hatinya, misalnya dia sedang, membangun sebuah rumah, dan hatinya masgul akan hal itu saja sehingga pada waktu sakaratulmaut, terbayang saja rumah yang belum selesai itu, ia tenggelam di dalamnya, hatinya penuh, sampai tidak ada tempat untuk yang, lain.

Bila kebetulan nyawanya dicabut dalam keadaan demikian, maka tidak ada tempat bagi Allah S.W.T. dihatinya.

Jadi hatinya tenggelam dalam keadaan demikian, kepalanya dijungkir­balikan  kepalanya kedunia dan kakinya ke Allah S.W.T.

Mukanya hanya melihat dunia saja, sedangkan punggungnya dikasihkan kepada Allah S.W.T.

Kalau muka sudah berpaling daripada Allah, datanglah tabir itu. Kalau tabir penghalang antara dia dengan Allah sudah turun, artinya sudah ada adzab itu. siksa sudah ada, tak dapat tiada.

 

Bersambung………

 

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada November 4, 2012 inci Uncategorized

 

2 responses to “Terjemah Minhajul Abidin bagian 1

  1. SUNYOTO

    April 27, 2014 at 1:51 am

    Alhamdulillah….buku yang sedang saya cari-cari ternyata ada di blog ini…mohon ijin untuk saya copy…untuk dipergunakan belajar sendiri dan keluarga…trimakasih kepada Bapak K.H. Abdullah Bin Nuh dan penterjemah tentunya rasa Syukur kepada Allah SWT..

     
  2. Rusni

    Oktober 4, 2014 at 1:55 pm

    Ana juga izin.dr rusni

     

Tinggalkan Balasan ke Rusni Batalkan balasan